Sebuah Perjalanan Baru: Konser Tahunan PSM Unpad ke-23 “Lux Cantio”


Read also in English

[BANDUNG, unpadchoir.com] Bertajuk Lux Cantio: The New Journey of A Luminous Melody, PSM Unpad kembali menyelenggarakan konser tahunannya yang kali ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun ini, PSM Unpad menyelenggarakan konser tahunannya di Bandung dan Yogyakarta. Lux Cantio yang berarti nyanyian yang indah, menggambarkan keinginan PSM Unpad untuk terus maju, bersinar dan memperluas eksistensinya dalam dunia paduan suara lewat keinginannya mempelajari lagu-lagu yang baru dan berkunjung ke kota yang baru.

“Lux Cantio bermakna nyanyian yang bersinar. Hal ini direpresentasikan dengan para penyanyi yang didominasi oleh generasi muda PSM Unpad sehingga berkaitan dengan bersinarnya semangat anak muda,” ujar Sanisha Olivia, ketua pelaksana Konser Tahunan PSM Unpad yang ke-23 “Lux Cantio”.

Persiapan yang dilakukan untuk bisa melaksanakan konser di kedua kota tersebut merupakan proses yang panjang dan berliku, layaknya persiapan konser paduan suara pada umumnya. Namun, terdapat rintangan yang baru yang didapati oleh PSM Unpad yakni berkonser di kota baru: Yogyakarta. Berkunjung ke dan berkonser di kota yang belum pernah dikunjungi sebelumnya memiliki tantangan-tantangan tersendiri.

Konser Bandung

Layaknya tradisi PSM Unpad dalam berkonser, Konser Tahunan PSM Unpad ke-23 bertajuk “Lux Cantio” diadakan di gedung Grha Sanusi Hardjadinata, Unpad Dipatiukur, Bandung. Konser yang diadakan pada 27 November 2019 ini berhasil menarik penonton dari berbagai kalangan termasuk para keluarga, teman dan juga kerabat para penyanyi.

Pada konser Bandung ini, lagu pertama yang disajikan oleh PSM Unpad adalah lagu Hymn to Freedom (Oscar Peterson [1925-2007]) aransemen Paul Read yang dibawakan dengan megah karena melodinya yang indah dan cerah. Lagu ini ditujukan untuk menarik perhatian penonton sekaligus membuka sesi pertama konser Lux Cantio.

Adapun lagu-lagu selanjutnya yang dibawakan oleh PSM Unpad dalam konser tahunan ke-23nya kali ini kebanyakan merupakan lagu-lagu kontemporer yang beberapa diantaranya merupakan lagu-lagu tradisional Latvia. Hal tersebut juga merupakan sebuah representasi dari poster konser Lux Cantio yang menjadikan kota Latvia sebagai ikon konser.

Sesi pertama konser Lux Cantio berisikan sembilan buah lagu yang merepresentasikan tema dari konser kali ini. Lagu Atsalums (Jēkabs Jančevskis [b. 1992]) menjadi lagu terakhir pada sesi pertama yang ditutup dengan kemeriahan tepuk tangan penonton yang tiada habisnya.

“Sangat menyenangkan bisa menonton konser ini! PSM Unpad benar-benar bisa membawakan lagu-lagu yang dapat mencuri hati penonton,” ujar Raditio yang merupakan salah satu penonton.

Lalu setelahnya dimulai lagi sesi kedua konser Lux Cantio yang dibuka dengan lagu A Capella Overtures aransemen Andy Beck yang tidak kalah mengundang tepuk tangan yang meriah dari para penonton. Terdapat sebelas lagu yang dibawakan pada sesi kedua yang merupakan lagu-lagu hiburan yang lebih memperlihatkan keberagaman lagu-lagu dalam konser ini. Evolution of Music (as performed by Pentatonix) aransemen Ben Bram merupakan lagu yang menutup sesi kedua sekaligus menutup rangkaian Konser Tahunan Lux Cantio yang sangat diapresiasi oleh para penonton.

Konser Yogyakarta

Selain mengadakan konser tahunannya yang ke-23 di Bandung, tahun ini PSM Unpad juga mengadakan konser tahunannya di Yogyakarta pada 1 Desember 2019, lebih tepatnya di Syantikara Youth Center. Hal ini merupakan suatu hal baru yang belum pernah PSM Unpad lakukan sebelumnya. Kota Yogyakarta merupakan kota tujuan baru bagi PSM Unpad, karena beberapa tahun sebelumnya PSM Unpad kerap kali mengunjungi kota kedua yang sama yaitu Jakarta. Pada kesempatan kali ini, PSM Unpad berhasil melangkahi rutinitas tersebut dengan mengadakan konser di Yogyakarta dengan bekerja sama dengan PSM Universitas Gadjah Mada (PSM UGM).

“Lux Cantio adalah sebuah konser yang berbeda dan berkesan dari konser-konser sebelumnya. Ini merupakan konser tahunan ketiga yang aku ikuti dan dua konser sebelumnya tempatnya selalu sama, di Bandung dan Jakarta,” ujar Rayhan M. Syafnur, salah satu penyanyi Konser Tahunan Lux Cantio.

Konser yang dilaksanakan di Yogyakarta ini juga terbagi atas dua sesi. Namun, perbedaan pada konser kali ini adalah lagu pertama yang dibawakan pada sesi pertama adalah Magnificat (Ēriks Esenvalds [b. 1977]), yang merupakan lagu kedua pada sesi pertama saat konser Bandung. Pada sesi kedua, PSM Unpad hanya menampilkan sembilan lagu dari 11 lagu yang dibawakan di Bandung. Hal ini merupakan suatu bentuk penyesuaian terhadap tempat yang dipakai untuk berkonser. Meski demikian, konser tetap berjalan sesuai dengan tema dan pembawaan yang sama seperti pada saat konser Bandung dan antusiasme penonton pun dapat dibilang sangat besar.

“Sangat di luar ekspektasi, ternyata para penonton yang datang merupakan orang-orang yang berasal dari berbagai macam kelompok paduan suara,” ujar Arvin Zeinullah, pelatih utama PSM Unpad sekaligus konduktor pada Konser Tahunan “Lux Cantio”.

Ruangan Syantikara Youth Center yang dapat dibilang tidak terlalu besar, dihiasi oleh kursi penonton yang dipenuhi tanpa celah. Antusiasme penonton konser Yogyakarta dapat dilihat dari penuhnya ruangan tersebut.

“Alhamdulillahnya, rencana dan keputusan kita untuk berkonser di Yogyakarta tahun ini dirasa tepat karena berkaitan juga dengan prestasi yang baru saja didapatkan PSM Unpad, menurut aku itu bisa menjadi daya tarik orang-orang untuk mau menonton PSM Unpad,” ujar Sanisha Olivia.

Dengan diambilnya keputusan baru tersebut, datang juga rintangan dan tantangan baru bersamanya. “Untuk rintangannya itu sebenarnya mengenai waktu. Latihan konser tahunan banyak terpotong oleh kegiatan-kegiatan lain di luar konser ini,” ujar Arvin Zeinullah. “Satu hal yang harus dilakukan kemarin yaitu mengingatkan semua elemen dari konser ini untuk menyadari peranannya masing-masing dan bahu-membahu dalam menyukseskan Konser Tahunan Lux Cantio ini,” lanjutnya.

Pada konser Yogyakarta ini juga merupakan ajang baru bagi PSM Unpad untuk dapat bekerja sama bersama PSM UGM. “Kami sangat bersyukur dan berterimakasih karena bisa menjalin kerja sama yang baru dengan PSM lain di luar Bandung yaitu dengan PSM UGM. Aku merasa PSM UGM sangat tulus dalam membantu kita untuk bisa menyukseskan konser Lux Cantio di Yogyakarta.”, ujar Sanisha Olivia. PSM UGM yang bekerja sama dengan PSM Unpad di dalam konser ini juga berkesempatan untuk menampilkan tiga lagu di sela-sela konser Lux Cantio dan juga berkolaborasi bernyanyi bersama PSM Unpad dalam menampilkan lagu terakhir dalam konser “Lux Cantio” dengan lagu Mahasiswa yang dipimpin oleh Athitya Diah Natalia Monica, pelatih utama PSM UGM.

Dan dengan berakhirnya lagu tersebut, berakhir pula perjalanan Konser Tahunan “Lux Cantio” dengan sorak-sorai penonton yang dibarengi oleh wajah syukur para penyanyi dan semua elemen tim konser. “Atusiasme dan semangat yang begitu besar ini menandakan bahwa apa yang kita perjuangkan selama ini membuahkan sebuah hasil yang merupakan sebuah reminder untuk mempertahankan kualitas dan juga memperjuangkan nama baik PSM Unpad,” tutup Arvin.

(Ridhadiyanti)